7/14/2019

Menggagas Desa Wisata "KAKI GUNUNG UNGARAN"


Wisata Desa "Kaki Gunung Ungaran" adalah gagasanku yang melihat banyak potensi wisata yang tersimpan di desa-desa yang terletak di kaki gunung Ungaran. Berderet keindahan alam tersebar dan bersembunyi di kerumunan pepohonan.

Jika teman-teman mengira Desa adalah sebuah tempat yang terpencil, terisolasi, kuper, miskin, dan banyak hal lain stereotip dari pedesaan, maka saya katakan bahwa anggapan itu Salah besar! Sebaliknya, bagi kang supri, Desa adalah tempat untuk menikmati keindahan alam, kesejukan udara, jernihnya air pegunungan dan damainya sebuah kehidupan, dan satu hal lagi di desa-desa di kaki gunung Ungaran ini sangat kaya dengan keindahan alam.

Di tahun 80 hingga 90-an masyarakat luas hanya mengenal Gedong Songo sebagai obyek wisata yang ada di kaki gunung ungaran jawa tengah ini, namun di tahun 2012 ini, desa-desa di kaki gunung inipun mulai membuka diri dan menunjukkan mutiara alamnya yang sudah lama tersimpan, tersembunyi di balik kesunyian.

Jika ingin menikmati petualangan wisata desa "kaki gunung" ini, ada beberapa desa yang wajib teman-teman kunjungi, beberapa pasti sudah familiar, tapi ada juga tempat yang masih asing karena benar-benar masih alami, dan jarang orang yang tahu keberadaanya.

Merajut Indonesia Sehat dengan Germas

"Penyakit" telah sangat merusak sejak melekat di dalam diri jasmani seseorang, namun itu barulah kerusakan pertama. Jauh lebih merusak adalah penyakit kedua, yakni jika si sakit mempengaruhi kesehatan jiwanya. Kerusakan pertama bersifat abrasif dan sporadis, membuat diri seseorang merasakan penderitaan. 

Kerusakan kedua berwatak laten namun trengginas. Telah banyak cabang ilmu dan telaah yang membahas bagaimana penyakit pertama dan kedua tersebut muncul dan juga keberhasilan dunia medis dalam mengatasi hal tersebut. 

Coretan ini bukan lagi untuk menjelaskan tentang banyak keilmuan tersebut, Tulisan ini lebih untuk menyemangati agar Negara bersama Rakyat menjadi tangguh dan kokoh menghadapi tantangan kesehatan bersama ini.

Pandangan Kekuatan Strukutral.

Suatu hari saya begitu takjub mendengar penjelasan dari seorang insinyur, Ir. Hadjar Seti Adji, M.Eng.Sc.  yang menjelaskan proses pembangunan sebuah jembatan yang tingginya mencapai ratusan meter, dari semua proses yang menantang dan melelahkan ada sebuah tahapan yang menentukan keberhasilan fungsi jembatan, yaitu perencanaan struktur bangunan, dimana pondasi dan keseimbangan dari sebuah tiang penyangga menjadi kunci kokohnya jembatan tersebut. Untuk menentukan titik keseimbangan dari sebuah desain bangunan memerlukan banyak waktu dan pikiran, meski terlihat begitu remeh, namun tahap itulah titik awal keberhasilah sebuah pembangunan. 

Melalui cerita tersebut, mari kita lihat sebuah Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) yang digagas oleh Kementerian Kesehatan, Gerakan ini akan menjadi sebuah struktur yang akan menopang dan menjadi sandaran dari pembangunan kesehatan yang ada di Negara ini, menjadi jembatan yang kokoh untuk menuju Indonesia Sehat. 

Gerakan ini berfokus pada kegiatan-kegiatan sehari-hari diantaranya adalah :
  1. Melakukan Aktivitas Fisik
  2. Makan Buah dan Sayur 
  3. Tidak Merokok
  4. Tidak Mengkonsumsi Minuman Beralkohol
  5. Melakukan Cek Kesehatan Berkala
  6. Menjaga Kebersihan Lingkungan
  7. Menggunakan Jamban

Melaui pilar-pilar GERMAS ini, Kekuatan Struktural yang merupakan jiwa dari seluruh upaya Negara untuk hadir dan mengupayakan kesehatan bagi seluruh insan Indonesia ini, didesain.

Indonesia akan mencapai kondisi terbaiknya, jika disertai kesehatan warganya yang optimal. 

Dititik inilah upaya preventif dan promotif kesehatan menemukan tajinya, sebuah upaya Pengendalian penyakit yang harus lahir dari diri pribadi seseorang, menyadari bahwa kesehatan merupakan sebuah keharusan. Salah satu capaian yang ingin diraih adalah Upaya Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) dengan Pendekatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas)

Kekuatan Pandangan Fungsional

Untuk menumbuhkan kekuatan struktural, tak ada cara yang lebih efektif selain dengan kekuatan fungsional, Struktur itu urusan insinyur sipil, fungsional itu urusan arsitek. Teknik sipil mengatasi perihal benar dan kuat, arsitek kebagian mengurus persoalan etik dan artistiknya. Sebuah rumah, sebuah bangunan, walau kuat dan benar secara konstruksi, tetapi kalau kehilangan keindahannya, ia bukanlah rumah, bukan hunian yang bisa menjadi naungan. melainkan sekedar bangunan, semen dan batu bata. 

Tugas arsitek adalah membuatnya sebagai rumah, sebagai hunian. Hunian pun bukan untuk diri sendiri, melainkan untuk dihuni bersama, keluarga kakek nenek, sanak saudara bahkan teman-teman kita. Secara fungsional Tingkat Kementerian beserta jajarannya adalah pengemban tugas mulia ini. GERMAS menjadi RUMAH yang bukan saja bangunan namun juga sebuah rumah yang menjadi naungan untuk rakyat Indonesia.

Komponen bangsa yang menjalankan fungsi dan tugas GERMAS ini tak lain adalah kita semua, dari tingkat Pemerintahan, Swasta, Masyarakat Sipil dan Non Sipil turut andil dalam langkah besar ini, bergerak bersama untuk mewujudkan Indonesia Sehat. Manfaat yang besar sudah tergambar secara nyata jika langkah ini dilakukan secara sungguh-sungguh. Masyarakat Indonesia akan menjelma menjadi masyarakt yang tangguh dan mumpuni di segala medan dan tantangan.


Pendekatan Keluarga
Beberapa waktu yang lalu saya berkunjung ke Surabaya, Yang menarik perhatian saya adalah adanya sebuh kampung yang mendeklarasikan kampungnya sebagai kawasan tanpa rokok, kelompok warga di Indonesia yang berhasil mewujudkan kampungnya terbebas dari asap Rokok, yaitu kampung Bulaksari 7.

Kunci Keberhasilan kampung ini adalah dengan pendekatan keluarga, terutama ibu-ibu yang menjadi promotor kehidupan sebuah keluarga, Ibu-ibu dikampung ini menjadi sangat tegas  bahkan bisa dikatakan 'beringas' ketika melihat ada seseorang yang menyalakan rokok dikampung ini. Kekompakan sebuah keluarga yang berhasil mewujudkan rumah bebas dari rokok segera saja menular ke rumah - rumah yang lain. 

Menggerakkan sebuah sinergitas GERMAS ini merupakan sebuah tirakat yang tak mudah bahkan jika faktor pemberatnya hanya berupa diri sendiri. Padahal diri sendiri itu hanya setengah faktor belaka. Oleh karena itu semua komponen yang ada di Negeri ini haruslah menyadari dan segera bertindak secara bersama-sama,  merajut mental kesehatan insan negeri tercinta ini untuk mengalahkan ego 'diri sendiri' demi tercapainya Indonesia Sehat Jasmani dan Rohani.

salam,


Tulisan ini turut serta dalam Kompetisi Media Sosial (Blog&Vlog) 2019 Kemenkes Upaya Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) dengan Pendekatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas)

Sub Tema : Keterlibatan semua pihak dalam meningkatkan Germas  


7/02/2019

Yakin Anda Sehat? atau Jangan-Jangan Hanya Belum Sakit?

Pertanyaan tersebut sempat menggelitik kepala saya, kejadian tersebut aku alami ketika menghadiri sebuah seminar kesehatan. Pertama-tama, oleh narasumber Audience yang hadir ditanya "apakah anda sehat?" semula hampir semua orang mengangkat tangannya, kemudian satu persatu pertanyaan dilanjutkan, "apakah anda cukup istirahat 6-8 jam perhari?" audien yang tidak memenuhi syarat dipersilahkan menurunkan tangannya, pertanyaanpun diulanjutkan, "apakah anda minum air putih hingga 8 gelas perhari?" satu-persatu tanganpun turun menandakan bahwa kriteria tersebut tak sepenuhnya terpenuhi, pertanyaan selanjutnya, "apakah anda tidak merokok?" dan hampir semua tanganpun turun, hanya sebagian kecil saja yang masih tersisa, pertanyaan tak berhenti disitu, "apakah anda mengkonsumsi 4 sehat 5 sempurna setiap harinya?" mendengar pertanyaan tersebut, maka tak satupun tangan yang masih terangkat. Kemudian muncul kalimat tersebut " Yakin Anda Sehat? atau Jangan-Jangan Hanya Belum Sakit? " Sebuah pengingat bahwa untuk mendapatkan kesehatan yang optimal memerlukan usaha yang serius dan terus menerus.

Mengenai Saya